Saat itu sang singa
remaja telah beranjak dewasa, naluri untuk menggapai tujuan telah tertanam
dalam setiap bangun tidurnya. Setiap hari dia melihat bapak dan ibunya berburu
demi mempertahankan hidup dan menjaga area kekuasaannya. Setiap pengalaman dan
kejadian dia perhatikan dengan seksama mulai saat lahir hingga remaja.
Pada suatu pagi dengan suasana agak cerah ditambah hawa sejuk yang mengelilingi tubuh sang singa dewasa sebut saja Leo
namanya, dia menaiki pohon yang sangat besar hingga pada suatu cabang yang di
rasa tinggi untuk bisa melihat luasnya pemandangan yang ada di bawah. leo berhenti untuk bersandar dan tetap waspada
untuk memperhatikan kemungkinan mendapatkan buruan sebagai santap siangnya
nanti.
Sekitar satu jam kemudian si Leo agak kaget karena diatas cabang dia berpijak tanpa disadari ada
seekor ular besar yang sedang bergelantung memperhatikannya, dengan santai si
Leo menyapa si ular, “ Hai ular, apa yang sedang kau buru hingga bergelantungan
di cabang pohon lebih tinggi diatas ku”. Sang ular dengan tertawa kecil
menjawab, “ Kalau ada raja hutan datang pasti semua binatang pada lari keatas
dan itu bisa menjadi mangsa bagianku Leo, kamu kan tahu aku tidak bisa lari
kencang sepertimu”. Aku hanya berharap
mereke yang menghampiriku.
Baiklah, bagaimana dengan wilayah kekuasaanku?. Apakah ada
kabar yang kurang baik hari ini ?, tanya raja singa Leo kepada ular. “
Sepertinya belum ada berita ada salah satu bangsa binatang yang berani
menerkammu raja singa, kecuali kau harus tetap berburu untuk makan siangmu,
karena hingga saat ini belum ada yang secara sukarela ingin menjadi
hidanganmu”, jawab sang ular sambil tertawa kecil.
Itulah perbedaan kita dengan manusia, sebagai rajapun untuk
makan aku harus bersabar dan berburu. Coba lihat mereka para manusia, sebagai
kepala desa aja di balik hutan ini semua makanan datang sendiri. Lalu bagaimana
dengan raja manusia, dia tinggal bilang semua pada datang sendiri, “ Gerutu
raja singa Leo kepada ular”. Emang raja Leo tau dari siapa ?, tanya sang
ular. “ Itu kampret yang ngomong sama
aku”.
Begitu obrolan sang raja hutan dan ular selesai , kelihatan
beberapa ekor kerbau sedang melintas di bawah tanpa menyadari diperhatikan dari
atas oleh sang raja hutan. Sang ularpun dengan memberi ucapan selamat kepada
raja untuk menikmati makanannya yang telah datang. “ Aku tahu ini santapan
siang yang besar tetapi terlalu melelahkan kalau aku sendirian yang
menyergapnya “ , gumam raja Leo. Kau tau ular, mereka masih melawan walau tau bakal jadi
hidangan makan raja hutan, coba liat mereka manusia kalau rajanya minta
sesuatu, tidak ada yang berani melawannya, bahkan dengan sukarela mereka
melayaninya. Sudah begitu mereka bilang lebih beradab dari kaum binatang, “
Protes Leo agak keras”. Dengan agak serius sang ular mendengar protes raja
hutan dan sedikit bingung bertanya kepada Leo, “ Memangnya raja hutan tahu
darimana berita itu “?. Itu dari para cebong, kan dia sering datang ke istana
raja manusia.
Oalah..... kalau soal cebong sama kampret saya juga sering
dengar bos, justru mereka bilang sekarang raja Leo harus hati-hati, karena para
binatang di area kekuasaan telah disusupi dengan aliran-aliran dan suatu saat
akan berusaha untuk menggulingkan si raja Leo dari kekuasaannya. Mereka bilang
aliran radikalisme, “ ujar ular agak sedikit sok ngerti”.
Bagaimana mungkin kedudukanku sebagai raja hutan dari dulu
berabad-abad lamanya dan turun temurun ada yang berani menggulingkan kekuasanku,
“ Ujar raja Leo dengan keras dan marah dan sambil mengaum pertanda setiap
kehadirannya”. Kamu tahu dari mana wahai
ular gosip seperti itu ? siapa itu radikal – radikal yang berani melawanku ?
Dengan agak sedikit tegang sang ular menjawab, “ saya sih, sering dikasih tau
kuda wuwu, kan dia sering tau kalau pas mereka lagi ngumpul dekat kandangnya
katanya”.
bersambung...
0 Komentar