Setelah pasca reformasi kebebasan berpendapat setiap warga negara di jamin oleh konstitusi. Sehingga kalau semakin lama Indonesia dirasa semakin gaduh itu sebenarnya kebebasan berpendapat masih terjaga dengan baik selama ini. Hanya saja semakin bebas banyak orang yang kebablasan dalam bersuara, di perparah lagi yang mereka lakukan sudah mengarah ke fitnah, hoax dan penghasutan untuk merongrong kewibawaan simbul-simbul negara dan pemerintah.
Bukan orang Indonesia kalau tidak bisa berkelit untuk berhadapan dengan hukum, korupsi besar yang masih sulit di berantas di Indonesia itu karena mereka masih percaya untuk terhindar dari proses hukum. Apalagi mengenai kebebasan bicara sekarang ini yang sudah diluar konten untuk membangun sebuah kritik yang terukur, terarah dan berkwalitas. Narasi yang di bangun untuk melawan kebijakan pemerintah oleh opsisi yang membuktikan bahwa pemerintah telah melanggar undang-undang dan hukum hanya asal berbeda saja tanpa dilandasi dengan bukti-bukti yang cukup kuat. Kebebasan berbicara saat ini sudah ada celah untuk melakukan pembenaran bahwa mengumpulkan masa yang banyak adalah sah dan dilindungi undang-undang asal tidak anarkis dan teriak apapun tanpa konten yang bisa dipertanggung jawabkan juga bagian dari kebebasan baik di medsos maupun di lapangan yang nyata. Untuk itu ada sekelompok yang mengadakan berjilid-jilid mengumpulkan masa agar dapat mempengaruhi opini masyarakat pada umumnya.
Pernahkah mereka berpikir bahwa negara di bangun dengan sistem demokrasi yang mahal tentu saja negara juga punya kepentingan untuk menjaga iklim politik, keamanan, ekonomi, sosial dan budaya tetap berjalan dengan baik dan stabil. Kalau kebebasan berbicara sudah mengarah untuk membuat instabilitas dan image bahwa negara sudah tidak mempunyai komitmen dalam membangun sistem demokrasi yang baik lalu mengapa mereka tidak berjuang untuk melakukan perlawanan dengan jalur yang kontitusional.
Negara Malaysia adalah contoh bahwa perlawanan oposisi bisa berhasil mendapatkan tempat di hati masyarakat karena memang benar tejadi korupsi yang dilalukan oleh perdana menterinya. Walau Malaysia tingkat demokrasinya belum sebaik Indonesia suksesi kepemimpin tidak dapat terelakkan karena masyarakatnya memang bisa mengerti tentang konten atau masalah yang memang diangkat oleh opsisi adalah bisa di pahami oleh masyarakatnya. Namun oposisi Indonesia justru mengangkat konten yang tidak jelas dalam mengangkat isu yang di bangun, mereka hanya sekedar asal bicara yang berbeda dengan pemerintah dan berupaya menggiring opini agar masyarakat mendukungnya.
Setelah pemilu petahana kembali memenangkan pertarungan untuk meyakinkan masyarakat Indonesia umumnya, justru sekarang mereka berteriak bahwa demokrasi dan kemerdekaan di Indoneia sudah hilang. Mungkin ini sangat ironis sekali dan tentu sebagai masyarakat kita perlu juga punya hak bicara ada apa dengan kita sebagai bangsa. Apakah hanya karena ada celah dalam hukum di Indonesia terus ada yang berpikir bisa menegakkan demokrasi dengan merongrong demokrasi itu sendiri...
Bagaimana opini anda!
0 Komentar