Pilpres telah selesai, hiruk pikuk politik yang mengatasnamakan rakyat dan demokrasi setelah reformasi semakin tidak jelas arahnya bahkan cenderung para politisi dan pendukungnya vulgar mempertontonkan kemunduran dalam beretika, norma dan peradaban sebuah bangsa.

Sebagai masyarakat saya tidak bisa menangkap spirit nasionalisme yang selalu didengungkan untuk kemajuan peradaban sebuah bangsa menuju era adil dan makmur. Para tokoh politik dan elite hanya sibuk untuk saling memperebutkan simpati masyarakat dengan berbagai cara, sehingga yang muncul di masyarakat adalah hanya pelajaran cara memfitnah, membenci, menghina dan merendahkan sesamanya.

Indonesia harus bergerak maju, bukan hanya dibidang pembangunan infrastruktur, ekonomi, pendidikan dan pengetahuan tetapi juga spirit merekatkan nasionalisme dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Rote. Saya belum bisa merasakan 74 tahun Indonesia merdeka semangat nasionalisme yang ada di Indonesia bisa dilihat sebagai identitas sebuah bangsa yang antara rakyat dan pemerintah menyatu saling mengisi untuk menuju sebuah arah peradaban yang kuat dan maju sebagai negara yang berdaulat, adil dan makmur.

Presiden Jokowi telah melanjutkan kembali pembangunan secara fisik lewat infrastruktur yang masif setelah mengalami stagnan semenjak era berakhirnya orde baru presiden Soeharto. Kemudian untuk periode kedua beliau memimpin akan meningkatkan kwalitas sumber daya dan efisiensi birokrasi secara menyeluruh, namun masih banyak masyarakat Indonesia yang belum bisa melihat dimana saja wilayah Indonesia yang sudah terdampak dengan efek dari pembangunan tersebut.

Untuk itu lewat opininet, saya walau usia sudah bukan kelompok milenial ingin melakukan perjalanan dengan tim untuk mengunjungi semua propinsi di Indonesia dengan memanfaatkan media sosial, media streaming dan internet untuk mempotret semua kekurangan dan kemajuan wilayah Indonesia guna memperlihatkan kepada masyarakat,  di butuhkan persatuan dan kesatuan untuk membuat Indonesia maju.

Saya siap untuk melakukan tujuan tersebut mengunjungi setiap propinsi dengan waktu 30 hari sehingga kalau Indomesia memiliki 34 propinsi berarti selama 1020 hari atau hampir 3 tahun perjalanan. Mengapa perlu waktu sebulan untuk setiap propinsi, karena saya bukan hanya ingin sekedar meliput saja namun juga ingin berpartisipasi memberikan edukasi kepada masyarakat untuk melek dan mengerti mengenai pentingnya menguasai tehnologi informasi dibidang komputer dan internet bagi generasi muda di daerah yang jauh dari pusat kota. Saya tinggal di wilayah Surabaya sebagai kota terbesar kedua saja sebagian generasi mudanya belum benar-banar memahami tentang hal tersebut dan saya tidak bisa membayangkan mereka yang tinggal di pedesaan.

Dengan kemampuan pendidikan, pemgalaman dan pengetahuan yang saya miliki, berharap nantinya visi perjalanan tersebut memberi dampak yang luas kepada masyarakat tentang Indonesia bergerak dengan segala kekurangan dan kelebihannya sehingga dalam jangka panjang masyarakat akan mempunyai kesadaran untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan bukan hanya dimanfaatkan oleh para politisi untuk ajang perebutan kekuasaan saja akibat tidak mendapatkan infornasi secara visual dan selau hadir setiap saat.

Agar tujuan visi misi tersebut tidak  terkontaminasi dengan kepentingan para pihak maka saya berharap mendapatkan dukungan masyarakat luas untuk operasionalnya karena saya yakin masyarakat Indonesia sudah jenuh dengan para politisi yang mengatasnamakan rakyat namun hanya berusaha mementingkan kelompok dalam setiap perebutan kekuasan baik pusat hingga daerah.

Kalau masyarakat sudah peduli dengan negara dan bangsanya maka semangat nasionalisme mulai tumbuh dan nantinya setiap pemilihan presiden oposisi tidak perlu dengan cara kotor ingin mendapatkan simpati masyarakat, karena mereka telah memahami arti pembangunan yang dibutuhkan untuk sebuah negara dan bangsanya menuju Indonesia bergerak.  Semoga keyakinan saya menjadi kenyataan, bagaimana menurut anda....