Demokrasi di Indonesia memang unik, ada kecenderungan keluar dari patronnya mengenai partai oposisi dan partai pro pemerintah. Mungkinkah ini pertanda kemajuan atau kemunduran dalam iklim kebebasan pasca reformasi.
Awalnya di mulai dengan munculnya black campaighn pada Presiden, paham radikalisme, kemudian toleransi dan selanjutnya politik identitas pilgub DKI. Kemudian melompat Ganti Presiden saat pemerintah mempunyai kepercayaan yang tinggi dari masyarakat Indonesia dan dunia.
Sungguh sebagai masyarakat awam yang berpendidikan semakin bingung, beginikah mental para elit bangsa dalam beroposisi untuk merebut kekuasaan atau lebih khususnya partai oposisi dalam strategi merebut kekuasaan. Kepada siapakah segmen masyarakat yang akan dibidik dengan cara-cara demokrasi demikian?.
Alokasi 20% APBN untuk pendidikan yang ratusan triliun untuk mencerdaskan anak bangsa hanya dipertontonkan dengan cara berpolitik dan demokrasi yang bertolak belakang dengan semangat mencerdaskan bangsa. Para elit hanya sibuk untuk merancang agar terjadi benturan di masyarakat sehingga tercipta keos dalam skala besar sehingga pemerintah tidak stabil dan lebih mudah dalam perebutan kekuasaan. Sangat miris dan tidak elok sama sekali, bukannya seharusnya menawarkan sebuah progran atau janji yang dilontarkan apabila rakyat memilih maka akan dapat mengerjakan dan memperbaiki apa yang tidak bisa direalisasi pemeintah saat ini, bukan hanya menebar fitnah dan memecah belah kelompok atau masyarakat.
Untuk itu opininet.com memberikan anda untuk memberi komentar ganti presiden atau salam 2 periode ? Agar perang hastag ini tidak terjadi di dunia nyata tapi cukup di dunia maya saja.
Bagaimana menurut anda?