Baru kali ini peta politik di Indonesia untuk calon Presiden mengalami kemacetan atau krisis calon, tidak seperti pilgub atau pikada yang semarak dengan pasangan calon yang ingin berlaga walaupun banyak yang tersandung dengan persyaratan.
Hanya kurang dari hitungan bulan yang ada lawannya cuman ganti presiden tetapi siapa yang akan berlaga untuk menantang Petahana belum jelas adanya.
Baru kali ini juga wacana ganti presiden penggagasnya adalah partai oposisi yang juga belum nyata mencalonkan siapa yang berhak maju sebagai calon presiden, karena biasanya wacana ganti presiden itu mengemuka dari rakyat yang kurang puas dan tidak percaya kepada pemerintahan.
Sungguh Indonesia adalah diluar patron pilitik dunia pada umumnya, sangat menarik untuk dikaji apa sebenarnya yang sedang terjadi di perpolitikan Indonesia. Saat masyarakat mempunyai trust kepada kepala pemerintahan yang tinggi, justru lawan politik menghantam dengan sentimen personal bukan dengan gagasan program atau kebijakan yang bisa dilakukan untuk melebihi dari yang dilakukan oleh pemerintah saat ini apabila terjadi kelemahan atau kekurangan.
Memang sulit untuk membangun Indonesia untuk melangkah lebih maju dari ketertinggalan dari negara-negara maju umumnya atau Asean pada khususnya.
Karena ibarat sebuah perusahaan besar yang dalam keadaan stagnan, sulit profesionalnya untuk membedah agar dapat cepat bangkit agar segera mendapatkan dan meraih pertumbuhan yang baik.
Hal itu karena kebijakan masa lalu dan berbagai beban yang di tanggung terlalu sulit untuk mengurai dari laporan keuangan baik dari neraca dan laporan rugi labanya. Kalau di pemerintahan tergambar dari struktur APBN.
Jokowi sudah melakukan berbagai perubahan yang mendasar agar Indonesia mampu bergerak lewat berbagai terobosan untuk mengejar ketertinggalan dan berusaha untuk menghindari kebijakan subsidi yang sudah besar membebani keuangan negara dan selama ini dipakai alat untuk melanggengkan kekuasaan dan stabilitas walaupun sangat tidak populer , sehingga sulit bagi lawan politik untuk melakukan suatu program atau janji dengan kenyataan APBN yang sudah tidak mungkin di urai lagi untuk melakukan perubahan-perubahan besar dari sisi penerimaan.
Jadi kesimpulannya krisis calon Presiden karena APBN Indonesia sudah sulit diurai untuk menjadi bahan pertimbangan partai politik untuk mengusung calonnya karena sudah tahu tidak ada cara lagi untuk membuat suatu terobosan dan janji mengenai program-program yang lebih baik dari yang ada saat ini karena APBN sudah susah untuk mengerek sisi penerimaan menjadi tinggi dengan cara yang cepat dan Jokowi telah melakukan semuanya dan itupun hasilnya untuk jangka menengah dan panjang. Bagaimana menurut anda....