Tidak berselang lama, 3 (tiga) hari kemudian 13 Mei 2018 target para teroris mengarah ke kota Surabaya yang cukup masif dan hampir bersamaan di 3 ( tiga ) gereja saat umat kristen melakukan peribadahan pagi hari di mana lokasinya antara satu dan lainnya tidak begitu jauh. Kemudian malam harinya terjadi lagi korban tewas saat penggeledahan tersangka teroris di Blok B Rusunawa Wonocolo Sidoarjo. Akibat ulah para teroris ini untuk sementara di wilayah Sidoarjo dan Surabaya 16 orang meninggal dunia dan 41 luka berat dan ringan.
Kesokan harinya pada Senin tanggal 14 Mei 2018 di depan pintu gerbang Malpolrestabes Surabaya pukul 08.50 WIB terjadi ledakan bom melukai 4 anggota kepolisian dan 6 warga sipil tidak termasuk pelaku peledakan bom. Semua data korban diatas masih bersifat sementara.
Untuk pelaku teroris di Surabaya ini sangat luar biasa dan mungkin baru terjadi melibatkan pasangan keluarga dan anak-anak serta latar belakang ekonomi yang cukup mampu juga tingkat pendidikan yang baik.
Kemudian pertanyaannya, " Mengapa teroris ini seperti di bawah komando dan bergerak dengan sasaran yang cukup strategis langsung mengarah kepada markas besar kepolisian dan gereja ?
Pernyataan elit politik yang mengarah pada seruan-seruan menebar kebencian dan membawa agama dalam perebutan kekuasaan dalam pilpres 2019 secara langsung atau tidak langsung ikut andil dalam menciptakan peluang. Oposisi hanya berharap figur petahana yang kuat elektabilitasnya, hanya bisa jatuh kalau ada tsunami politik dan mungkin peluang ini di tangkap oleh kaum radikal yang entah afiliasinya kemana.
Posisi melemahnya rupiah yang mencapai Rp14.000 per dollar merupakan alat tolok ukur dan peluang yang paling baik untuk mengguncang psiklogis pasar, psikologi sosial, agar terjadi instabilitas hinggga untrush atau ketidak kepercayaan terhadap pemerintah dengan melakukan teror yang cepat dan masif serta target yang terukur oleh teroris dengan sasaran kota Jakarta dan Surabaya, karena apabila terjadi kepanikan massal di dua kota tersebut maka bisa di pastikan akan merembet ke seluruh wilayah Indonesia.
Apabila timbul ketidak percayaan terhadap pemerintah maka rupiah akan melemah, kondisi ekonomi makro terguncang dan tsunami politik akan benar-benar terjadi. Saat itu baru akan bermunculan siapa yang mencalonkan menjadi presiden, karena pada dasarnya mereka menunggu tsunami politik ini. "Mengapa sampai bulan Agustus 2018 penetapan pendaftaran capres tinggal menghitung hari belum ada kejelasan lawan Jokowi dan mengapa ledakan bom teroris mengawali ini"? Tentu saja anda punya opini masing-masing.
Semoga aparat keamanan baik institusi POLRI dan TNI di bantu masyarakat luas sanggup mengantisipasi tidak terjadi tsunami politik dan ASIAN GAMES dan PILPRES akan aman dan damai karena sudah jelas siapa yang sanggum membawa bangsa Indonesia semakin cerdas dan kuat dalam situasi apapun.